About

JADILAH SEPERTI YANG KAMU INGINKAN, KARENA ANDA HANYA MEMILIKI SATU KEHIDUPAN DAN SATU KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN YANG INGIN ANDA LAKUKAN: Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan:SAHABAT SEJATI ADALAH MEREKA YANG SANGGUP BERADA DI SISIMU KETIKA KAMU MEMERLUKAN DUKUNGAN WALAUPUN SAAT ITU MEREKA BISA MEMILIH BERADA DI TEMPAT LAIN YANG LEBIH MENYENANGKAN: Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Sabtu, 16 Februari 2013

Paus Benediktus: Sains Bisa Mengantar Manusia Kepada Pengenalan Akan Tuhan


Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa penelitian ilmiah bisa mengantar manusia kepada pengenalan akan Tuhan dengan mengungkap keteraturan alamiah dari alam semesta.
Paus menyatakan hal ini dalam sambutannya di depan pertemuan pleno Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan yang berlangsung di Vatikan pada tanggal 28 Oktober 2010.
Logika nyata yang mengatur alam semesta ‘mengantar kita pada pengakuan adanya Nalar yang berkuasa, yang berbeda dengan manusia, dan yang menjadi penyebab keberlangsungan dunia,’ kata Benediktus.
“Inilah titik temu antara ilmu pengetahuan alam dan agama,” kata paus.
“Sebagai hasilnya, sains menjadi tempat dialog, tempat pertemuan antara manusia dan alam, dan decara potensial, antara manusia dan penciptanya.”
Salah seorang anggota Akademi itu, fisikawan Inggris Stepehn Hawking, memancing kontroversi dalam bukunya “The Grand Design” di mana ia mengatakan bahwa keberadaan alam semesta tidak memberikan bukti akan keberadaan Tuhan.
Para ilmuwan yang berkumpul itu adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan, suatu badan yang memberikan nasehat kepada Gereja Katolik – dalam hal ini Paus – tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan itu pada umumnya berpendapat bahwa ilmu pengetahuan tidak harus berseberangan dengan kepercayaan agama.
Pada bagian lain sambutannya, Paus Benediktus XIV memuji kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke-20. Paus mengatakan bahwa Gereja Katolik mendorong dan sekaligus mendapat keuntungan dari penilitian ilmiah. Lebih jauh Paus mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak perlu ditakuti tetapi pada saat yang sama tidak boleh dianggap sebagai solusi dari segala masalah mendalam eksistensial manusia.
“Kegiatan ilmiah pada akhirnya akan beruntung dari pengakuannya akan dimensi spiritual manusia dan kehausan manusia akan jawaban-jawaban ultimat,” kata Paus menjelaskan.
Sejumlah ilmuwan peserta konferensi itu menghimbau agar Gereja Katolik berusaha lebih kuat meyakinkan masyarakat bahwa Gereja tidak anti sains.
Pandangan Gereja Katolik yang paling kontroversial ialah kutukannya terhadap Galileo Galilei karena dukungannya terhadap model tatasurya Nicolaus Copernicus yang bersifat heliocentris. Gereja Katolik juga mengambil sikap dingin terhadap teori seleksi alam Charle Darwin. Pada awalnya Gereja membakar buku-buku tentang teori Darwin dan membutuhkan waktu lebih dari seabad untuk menerima bukti-bukti yang mendukung teori itu.
Keberadaan Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengatahuan memungkinkan Gereja berinteraksi dengan sains. Akademi ini didirikan oleh Pangeran Roma, Federico Cesi, pada tahun 1603, dan dikembalikan ke bentuknya yang sekarang oleh Paus Pius XI pada tahun 1936. Akademi ini membantu Gereja memahami perkembangan mutakhir di bidang sains khususnya yang bersentuhan dengan ajaran-ajaran Gereja.
Sejumlah nama terkenal yang pernah menjadi anggota Akademi ini adalah para ilmuwan terkemuka abad 20 di antaranya Guglielmo Marconi perintis teknologi radio dan pendiri ilmu mekanika kuantum, Max Planck.
Jumlah anggota Akademi Kepausan sekarang adalah 80 orang, termasuk sejumlah ilmuwan pemenang hadiah Nobel di bidang sains. Keanggotaan Akademi ini sangat beragam, datang dari berbagai spektrum sains, dari berbagai negara dan agama atau kepercayaan.
Kualitas ilmiah bukan hanya satu-satunya kriteria menjadi anggota Akademi ini. Paus menerima atau menolak seorang ilmuwan menjadi anggota juga didasarkan atas ‘profil moral’ kandidat, walau tidak jelas apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan kriteria ini.
Profesor Kimia Biologis Edward De Roberts dari Universitas California mengatakan masuknya ia baru-baru ini menjadi anggota Akademi ini berkat pembicaraan seorang koleganya dengan seorang imam yamg diutus oleh Kardinal Los Angeles untuk memastikan profil moralnya.
Konon Albert Einstein tidak menjadi anggota karena ia memiliki hubungan di luar pernikahan.
Pertemuan ini berlangsung di Kantor Pusat Akademi tersebut, sebuah vila di taman Vatikan yang dibangun pada abad 16. Dalam pertemuan ini dibahas berbagai macam hal, dari fisika partikel dan perubahan iklim hingga neurosains dan rekayasa genetika. Beberapa dari anggota mengadakan refleksi atas penelitian mereka. Fisikawan Charles Townes, misalnya, mengisahkan penemuan laser-nya sekitar 50 tahun lalu.
Pakar biologi Werner Arber mangatakan ia yakin kerja Akademi ini akan berpengaruh terhadap pandangan Paus terhadap ilmu pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan pleno biasanya merupakan kesempatan di mana paus menyampaikan pernyataan-pernyataan penting seperti pernyataan Paus Yohanes Paulus II pada konferensi Akademi tahun 1992 yang mengakui kesalahan Gereja mengutuk Galileo.
Arber juga yakin akan pengaruh pertemuan-pertemuan skala kecil yang diselenggarakan oleh Akademi untuk membahas hal-hal spesifik seperti tanaman pangan yang dihasilkan lewat modifikasi genetika, senjata nuklir atau astrobiologi. Ia berpendapat serangkaian pertemuan untuk membahas definisi kematian membantu Vatikan menganalisis peran relatif otak dan jantung dalam hal ini.
Profesor Townes juga yakin bahwa para Akademi ini mempengaruhi pemahaman Paus terhadap sains. Namun ia mengatakan Paus Benediktus terkesan kurang tanggap dibandingkan dengan mendiang Paus Yohanes Paulus II dan lebih ‘konservatif secara relijius’. Ia mengatakan bahwa para anggota Akademi pernah mengadakan diskusi-diskusi langsung dengan mendiang mendiang Paus Yohanes Paulus II, sementara dengan Paus Benediktus masih akan direncanakan.
Beberapa anggota Akademi yang lain mengatakan Gereja Katolik tak berminat mendiskusikan topik-topik kontroversial seperti kontrasepsi.
Seorang astronomer yang juga seorang imam, Pastor Giuseppe Tanzella-Nitti mengatakan bahwa sains dan agama tak pernah berada dalam konflik, melainkan dalam ‘citra konflik, akibat peristiwa-peristiwa tertentu’. Untuk menghilangkan citra ini para imam harus dibekali dengan pendidikan sains yang lebih baik.
Tanzella-Nitti mengatan hanya lewat cara itulah para imam mampu ‘berbicara tentang Tuhan dengan cara yang meyakinkan dalam abad 21. (FN/CC/brk*)
Tags: Paus Benediktus

dikutip dari http://niasonline.net/2010/11/13/paus-benediktus-sains-bisa-mengantar-manusia-kepada-pengenalan-akan-tuhan/

0 komentar: