About

JADILAH SEPERTI YANG KAMU INGINKAN, KARENA ANDA HANYA MEMILIKI SATU KEHIDUPAN DAN SATU KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN YANG INGIN ANDA LAKUKAN: Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan:SAHABAT SEJATI ADALAH MEREKA YANG SANGGUP BERADA DI SISIMU KETIKA KAMU MEMERLUKAN DUKUNGAN WALAUPUN SAAT ITU MEREKA BISA MEMILIH BERADA DI TEMPAT LAIN YANG LEBIH MENYENANGKAN: Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Sabtu, 16 Februari 2013

Apakah injil Barnabas?


Injil Barnabas ditulis sekitar abad 16, dan di dalamnya terkandung banyak hal yang sesuai dengan paham Islam. Yesus yang digambarkan di dalam Injil Barnabas seperti yang digambarkan di dalam Kitab Suci agama Islam. Yesus digambarkan bukan sebagai Anak Allah atau Allah, namun sebagai nabi yang membuka jalan bagi Nabi Muhammad, sama seperti Yohanes Pemandi membuka jalan bagi Yesus. Dan Yesus tidak mati disalibkan, namun digantikan oleh Yudas. Bagi kita umat Katolik, injil ini bukanlah injil yang termasuk dalam Injil kanonik, karena apa yang disampaikannya tidak sesuai dengan ajaran Kristen.
1. Gereja Katolik tidak mengakui ‘injil’ Barnabas
Gereja Katolik tidak mengakui adanya ‘injil’ Barnabas, karena tidak otentik. Kitab ini baru dituliskan berabad- abad kemudian setelah jaman Kristus dan para rasul. Manuskrip kitab tersebut ditemukan pada abad ke 16 (dalam bahasa Italia dan Spanyol). Karena Injil ini baru ditulis sekitar abad 16, terjadi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan, karena saksi hidup dari kejadian tersebut sudah tidak ada. Bandingkan dengan Injil kanonik yang ditulis pada saat saksi hidup masih ada, sehingga tidak mungkin terjadinya penyelewengan. Silakan membaca di artikel ini.
Penyebutan tentang ‘injil’ Barnabas pertama kali disebutkan dalam manuskrip Morisco (orang Moor) tahun 1634, oleh Ibrahim al Taybili, 1718 oleh John Toland, dan 1734 oleh George Sale. Ajaran yang terkandung di dalam kitab ini bertentangan dengan ajaran Kristus dan para rasul, dan lebih sesuai dengan interpretasi muslim tentang Kristianitas.
2. Ajaran ‘injil’ Barnabas yang bertentangan dengan ajaran Kristus dan para rasul
Pesan yang disampaikan oleh injil Barnabas bertentangan dengan kesaksian para saksi mata di abad pertama yang mempunyai lebih dari 5000 manuskrip untuk mendukung otentisitas kesaksian mereka, yaitu kitab-kitab Perjanjian Baru. Sebagai contohnya, ajaran injil Barnabas mengatakan bahwa Yesus mengatakan bahwa Ia bukan Mesias dan Ia tidak mati di salib; namun klaim ini sepenuhnya dibuktikan salah oleh dokumen-dokumen yang sudah terbukti asli/ otentik, yang menyatakan sebaliknya.
Dengan menolak Yesus sebagai Allah Putera, ‘injil’ Barnabas dengan sendirinya menolak ajaran Allah Trinitas. Dengan demikian, kitab ini menolak inti ajaran keselamatan seperti yang diwahyukan oleh Allah sendiri, yang telah dimulai pre-figurasinya dalam Perjanjian Lama, sekitar 2000 tahun sebelum masehi, dan yang digenapi di dalam penjelmaan Kristus menjadi manusia dalam Perjanjian Baru. Tidak mungkin keseluruhan wahyu Allah, dengan segala nubuatan para nabi di Perjanjian Lama yang mengacu kepada Kristus Sang Mesias dalam Perjanjian Baru, dibatalkan dengan sebuah kitab yang baru ditulis di abad ke- 16, oleh pengarang yang tidak dikenal, hanya karena ia memakai nama Barnabas. Barnabas sendiri tidak termasuk dalam bilangan ke- dua belas rasul Kristus. Selanjutnya bukti- bukti menunjukkan bahwa tulisan tersebut tidak berasal dari jaman para rasul melainkan berabad- abad sesudahnya.
Kitab ‘injil’ Barnabas ini juga menolak puncak rencana keselamatan Allah, yaitu melalui penjelmaan Kristus Allah Putera sebagai manusia, penderitaan, wafat dan kebangkitan- Nya untuk menyelamatkan manusia. ‘Injil’ ini menyatakan bahwa yang disalibkan bukan Yesus, melainkan Yudas Iskariot, sedangkan Yesus sendiri diangkat ke surga. Pandangan seperti ini adalah pandangan Islam, dan bukan ajaran Kristus sendiri seperti yang disampaikan oleh ke-empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes).
Selanjutnya, kitab ini juga keliru dalam menyamakan Roh Kudus (paráklētos Yunani), dengan ‘periklutos‘ (artinya yang terhormat) yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Arab “Ahmad”, sehingga akhirnya mengacu kepada Muhammad. Padahal dalam kitab Injil Yohanes, Kisah Para Rasul dan surat- surat Rasul Paulus, Roh Kudus tidak untuk diartikan sebagai manusia, melainkan Pribadi Allah sendiri yang dicurahkan kepada para Rasul dan umat beriman; untuk mendatangkan pertobatan dan mencurahkan rahmat pengudusan Allah dan karunia- karunia-Nya.
Dari keterangan di atas, kita ketahui bahwa isi injil Barnabas tidak sesuai dengan pesan Allah, sehingga karena itu injil ini tidak menjadi bagian dari kanon Kitab Suci.
3. Surat Barnabas yang pernah dikenal dan dibacakan di Gereja Alexandria di abad ke 2, itu tidak sama dengan ‘injil’ Barnabas.
Jika ditinjau dari isinyapun tidak berhubungan antara Surat Barnabas dengan injil Barnabas. Surat Barnabas mengakui ke- Allahan Yesus, dan bahkan menekankan kasih karunia oleh Kristus yang mengatasi hukum Taurat, sehingga menolak hukum sunat. Sedangkan ‘injil’ Barnabas yang ditulis atas dasar pemahaman Islam, tidak demikian. Penjelasan tentang Surat Barnabas, silakan klik di sini.
4. Terdapat banyak kejanggalan dalam ‘injil’ Barnabas ini, contohnya:
a. Meskipun ditulis dalam bahasa Italia, kitab ini dituliskan dengan gaya Arab/ Islam, sekali- kali dengan kata- kata bahasa Turki, dan tata bahasa Turki, dengan dialek Tuska dan Venezia, seperti yang umum digunakan di kota universitas Bologna (Italia).
b. Di pinggiran halaman terdapat catatan- catatan dalam bahasa Arab.
c. Penjilidan kitab berasal dari Turki, walaupun kertasnya berasal dari Italia.
d. Terdapat kesalahan- kesalahan ejaan, seperti tidak perlunya huruf ‘h’ ketika suatu kata berawal dengan huruf hidup (contoh “hanno”, padahal harusnya cukup “anno”)
e. Spasi yang ada di bagian bawah setiap lembarnya mengindikasikan spasi yang dimaksudkan untuk pencetakan.
f. Banyak frasa yang digunakan dalam ‘injil’ Barnabas tersebut mempunyai kemiripan dengan frasa yang digunakan oleh Dante Alighieri, seorang pujangga ternama Italia di abad Pertengahan (1265-1321); sehingga dapat disimpulkan pengarang ‘injil’ ini meminjam/ meniru karya Dante.
g. Terdapat kemiripan tekstual ‘injil’ Barnabas ini dengan bahasa setempat tentang ke- empat Injil (terutama bahasa Italia abad Pertengahan) sehingga dapat diperkirakan bahwa kitab ini aslinya dituliskan dalam bahasa Italia. Ini membuktikan ketidak-otentikan kitab ini, sebab bahasa Italia sendiri baru eksis sekitar abad ke- 13 sebagai bahasa tulisan, sehingga tidak mungkin ditulis oleh ‘Barnabas’ murid Yesus di abad pertama)
5. Anakronisme dan ketidaksesuaian sejarah yang tercatat dalam ‘injil Barnabas’
Berikut ini adalah ketidak-sesuaian lainnya yang disebut Anakronisme dan ketidaksesuaian sejarah, yang menunjukkan bahwa tulisan ini tidak otentik, dan tidak merupakan wahyu Allah karena mengandung kesalahan. Injil Barnabas yang mengandung banyak kesalahan dan menjabarkan tentang kehidupan di zaman Abad Pertengahan, yang tidak cocok dengan kehidupan pada zaman Yesus dan para Rasul, membuktikan bahwa teks ini tidak berasal dari abad-abad pertama. (Selengkapnya silakan membaca di sumber yang netral di Wikipedia tentang ‘injil’ Barnabas ini, silakan klik). Berikut ini contoh- contohnya:
a. Dikatakan bahwa Yesus dilahirkan di jaman Pontius Pilatus, yang baru naik tahta setelah tahun 26. Ini keliru, karena Yesus lahir pada jaman Kaisar Agustus (Luk 2:1).
b. Yesus dikatakan ‘berlayar’ ke Nasaret (bab 20), padahal Nasaret bukan kota pelabuhan. Tidak ada pantai atau perairan di Nasaret untuk orang dapat berlayar.
c. Penulis kitab ini kelihatannya tidak menyadari bahwa kata ‘Kristus’ dan ‘Mesias’ adalah terjemahan dari kata yang sama yaitu ‘Christos’, yaitu yang menjabarkan Yesus sebagai Yesus Kristus. Maka tidak mungkin Yesus yang disebut Kristus itu mengatakan, “Saya bukan Mesias”, [karena sama saja ia mengatakan bahwa saya bukan Kristus, yang adalah namanya sendiri]. (bab 42)
d. Ada referensi tahun yubelium yang dirayakan setiap seratus tahun sekali (bab 82), bukannya lima puluh tahun sekali seperti yang dituliskan dalam kitab Imamat 25. Anakronisme ini kemungkinan berhubungan dengan Tahun Suci pada tahun 1300 yang ditentukan oleh Paus Boniface VIII, yang menentukan untuk memperingati tahun Yubelium setiap seratus tahun sekali.
e. Adam dan Hawa dikatakan memakan buah apel (bab 40), padahal seharusnya adalah buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej 2:17). Kemungkinan kata apel diperoleh dari terjemahan dari bahasa Ibrani ke bahasa Latin, di mana ‘apel’ dan ‘jahat’ sama- sama dikatakan sebagai ‘malum‘.
f. Kitab tersebut mengatakan bahwa anggur disimpan di dalam gentong/ drum kayu (bab 152). Gentong kayu adalah ciri khas penyimpanan anggur di Gaul dan Italia Utara, dan tidak umum digunakan dalam kerajaan Roma, sampai tahun 300; sedangkan penyimpanan anggur di abad pertama di Palestina adalah di dalam kantong kulit (wineskin) dan tempayan (jar, ‘amphorae‘). Pohon English Oak/ Pedunculate (quercus robur) tidak tumbuh di Palestina, dan kayu jenis lainnya tidak cukup padat untuk digunakan sebagai gentong anggur.
g. Semua kutipan didasarkan pada Vulgate bible (382 AD). Ketika ‘injil’ Barnabas mengutip Perjanjian Lama, maka yang dikutip lebih sesuai dengan bacaan- bacaan yang ada di kitab Latin Vulgate, daripada yang ada di Kitab Septuagint ataupun Teks Masoretik Ibrani. Padahal terjemahan Latin Vulgate yang adalah hasil karya St. Jerome dimulai tahun 382, bertahun- tahun setelah kematian Barnabas. Maka pengutipan Vulgate ini merupakan indikasi, bahwa kitab ini tidak mungkin ditulis oleh Rasul Barnabas sendiri di abad pertama, saat teks Vulgate sendiri belum ada.
h. Bab 54 mengatakan: “Sebab ia akan mendapatkan nilai tukar dari emas adalah enam puluh minuti.” Dalam Perjanjian Baru, satu- satunya koin emas, namanya aureus yang nilainya sama dengan 3,200 koin tembaga, yang disebut ‘lepton’ (diterjemahkan dalam bahasa Latin, minuti), sedangkan koin perak Roma mempunyai nilai tukar 128 lepton. Maka nilai tukar 1:60 yang ditulis dalam ‘injil’ Barnabas, adalah interpretasi dari jaman abad pertengahan dari perikop Injil (Mrk 12:42), yang berasal dari pengertian standar di abad pertengahan bahwa minuti berarti seperenampuluh. Selain itu, disebutkan pemakaian nama koin denarius, yang dipakai di Spanyol tahun 685.
5. Kurangnya bukti yang mendukung keaslian injil Barnabas
Kurangnya bukti pendukung otentisitas injil Barnabas terlihat dari fakta, antara lain:[1]
a. Tidak seperti kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru yang terbukti keotentikannya dengan adanya lebih dari 5,300 manuskrip Yunani yang berasal dari abad awal sampai abad ke-3, hal ini tidak terjadi pada injil Barnabas. Tidak ditemukan teks asli injil Barnabas sejak abad-abad awal.
b. Referensi pertama yang menyebutkan tentang injil Barnabas adalah dokumen yang disebut Decretum Gelasianum yang sering dihubungkan dengan Paus Gelasius I, 492-496. Konon injil Barnabas termasuk dalam daftar yang ada dalam Decretum tersebut, sebagai kitab apokrif yang harus dihindari. Namun di dekrit ini tidak disebutkan isi manuskrip injil Barnabas, dan juga keaslian Decretum tersebut juga dipertanyakan. Karena jika memang dekrit itu benar-benar resmi dan otentik dikeluarkan oleh Paus Gelasius I, seharusnya termasuk dalam dokumen-dokumen yang diterjemahkan dari bahasa Yunani ke Latin, oleh Dionysius Exiguus (470-544), anggota Kuria Roma yang menerjemahkan 401 kanon Gereja, termasuk kanon dan dekrit dari Konsili Nicea, Konstantinople, Kalsedon, Sardis dan kumpulan semua dekrit yang dikeluarkan oleh Paus dari Paus Siricius (384-399) sampai Anastasius II (496-498). Namun faktanya, tidak. Juga, jika dekrit ini otentik, mestinya dekrit ini juga termasuk dalam kitab-kitab yang dikumpulkan oleh Cassiodorus (485-585), administrator Kaisar Theodoris Agung yang bekerjasama dengan Paus Agapetus I (535-536) dalam membuat perpustakaan teks Yunani dan Latin yang digunakan untuk mendukung sekolah-sekolah Katolik di Roma. Namun dekrit ini tidak termasuk di sana. Dengan demikian, para ahli menyimpulkan bahwa daftar kitab apokrif yang ada dalam dekrit itu belum tentu ditulis oleh Paus Gelasius I, namun oleh seorang imam dari Perancis Selatan atau Italia Utara, di abad ke-6, yang mengumpulkan dokumen-dokumen dari periode berbeda.[2]
Selanjutnya, sekalipun ada teks asli injil Barnabas yang ditulis di abad ke-5, maka teks itu juga pasti bukan ditulis oleh Rasul Barnabas yang menjadi teman seperjalanan Rasul Paulus di abad pertama. Sebab tidak mungkin Rasul Barnabas hidup sampai ratusan tahun (sekitar empat ratus tahun?)
c. Bentuk yang terawal yang kita ketahui tentang injil Barnabas adalah teks dalam bahasa Italia. Teks ini telah diteliti oleh para ahli Kitab Suci dan disimpulkan bahwa teks tersebut berasal dari abad 15-16 yaitu sekitar 1400 tahun sejak zaman Rasul Barnabas.[3].
d. Walaupun injil Barnabas ini begitu dikenal sekarang di kalangan muslim, namun injil ini tidak dikenal/ dijadikan referensi oleh para penulis/ apologetik muslim sebelum abad ke-15 dan ke-16. Padahal jika injil ini memang sudah ada sejak dulu, hampir pasti mereka akan mengutipnya. Geisler menyebutkan contoh pengarang muslim yang cukup dikenal di abad sebelum abad 15, seperti Ibn Hasm (w. 456 A.H), Ibn Taimiyyah (w. 728 A.H.) Abu’l-Fadl al-Su’udi (menulis tahun 942 A.H.), dan Haji Khalifah (w. 1067 A.H.) mestinya mengacu kepada injil Barnabas dalam tulisan-tulisan mereka, jika memang injil itu sudah ada di masa mereka hidup.
e. Tidak ada Bapa Gereja di abad ke 1 sampai ke-15 yang pernah mengutipnya. Jika injil Barnabas otentik, tentu sudah pernah dikutip oleh para Bapa Gereja dalam kurun waktu tersebut, seperti yang terjadi pada kitab-kitab Injil kanonik. Bahkan kalau tidak otentik sekalipun, mestinya pernah dikutip oleh setidak-tidaknya seorang penulis pada masa itu. Tapi nyatanya, tidak ada yang pernah mengutipnya selama jangka waktu 1500 tahun.
f. Selain banyak orang salah paham dengan menyangka bahwa injil Barnabas adalah Surat (Pseudo) Barnabas (70-90) sebagaimana telah disebutkan dalam point 3 di atas, adapula orang yang menyangka bahwa injil Barnabas sama dengan Akta Barnabas/ Acts of Barnabas (sebelum 478). Padahal keduanya tidak sama. Tidak ada penyebutan tentang nabi Muhammad di Akta Barnabas, dan isi kedua kitab berbeda. Silakan membaca teks Akta Barnabas di link ini, silakan klik.
g. Pesan yang disampaikan oleh injil Barnabas ini (bahwa Yesus mengatakan bahwa Ia bukan Mesias) juga tidak sesuai dengan klaim dari AlQur’an sendiri, sebab Qur’an sendiri mencatat bahwa Yesus (yang disebut Isa) adalah Mesias (lih. 3:45; 5:19,75), walaupun pengertian Mesias (Al masih) ini tidak sama dengan pengertian Yesus Sang Mesias bagi umat Kristiani.
h. Terdapat banyak elemen-elemen Islam yang tercantum di dalam teks, yang mengindikasikan bahwa teks tersebut disusun oleh seorang muslim di abad-abad berikutnya. Para ahli mencatat ada sekitar empat belas hal. Di antaranya, disebutkannya kata “puncak” bait Allah di mana Yesus berkhotbah, diterjemahkan dalam bahasa Arab, sebagai dikka, yaitu mimbar/ platform yang digunakan yang di mesjid.[4] Atau dikatakan bahwa Yesus hanya datang untuk bangsa Israel, sedangkan Muhammad untuk seluruh dunia (bab 11). Juga penolakan bahwa Yesus adalah Putera Allah.
Dengan tidak adanya bukti-bukti keotentikan injil Barnabas ini, sesungguhnya injil ini tidak layak untuk dijadikan dasar acuan ajaran. Injil Barnabas bukan teks yang berasal dari abad pertama Masehi, seperti seharusnya, jika benar ditulis oleh Rasul Barnabas. Sumber otentik yang berasal dari abad pertama yang merekam kehidupan Yesus adalah kitab-kitab Perjanjian Baru, yang semuanya bertentangan dengan ajaran injil Barnabas. Tidak mungkin keseluruhan wahyu Allah, dan segala nubuatan para nabi di Perjanjian Lama yang digenapi oleh Kristus Sang Mesias, sebagaimana tercatat di kitab-kitab di Perjanjian Baru, dibatalkan oleh sebuah kitab yang baru ditulis di abad ke- 16, oleh pengarang yang tidak dikenal, hanya karena memakai nama Barnabas.
6. Kesimpulan
Dengan tidak adanya bukti keotentikan injil Barnabas ini, sesungguhnya injil ini tidak layak untuk dijadikan dasar acuan ajaran. Injil Barnabas bukan teks yang berasal dari abad pertama Masehi, seperti seharusnya jika sungguh ditulis oleh Rasul Barnabas. Sumber otentik yang berasal dari abad pertama yang merekam kehidupan Yesus adalah kitab-kitab Perjanjian Baru, yang semuanya bertentangan dengan ajaran injil Barnabas.
Sebagai umat Kristiani, selayaknya kita berpegang pada Kitab Suci yang kanonnya ditentukan oleh Magisterium Gereja Katolik, yang menerima kuasa infalibilitas dari Kristus untuk “mengikat dan melepaskan” (Mat 16:18-19, 18:18); dalam hal ini untuk menentukan kitab- kitab mana yang otentik dan isinya ‘mengikat’ bagi umat beriman, dan mana yang tidak. Sejak abad pertama, Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak mengikuti injil-injil yang lain daripada yang telah mereka terima dari para rasul (lih. 2 Kor 11:4 dan Gal 1:6). Injil yang lain ini adalah injil Gnostik dan Docetisme, yang berkembang menjadi ‘injil’ Barnabas di abad ke- 16. Kita harus mengingat bahwa Kitab Suci diberikan kepada Gereja, dan Gerejalah yang berhak menentukan kanonnya dan interpretasi kitab- kitab tersebut secara otentik. Ini semakin menunjukkan betapa Kitab Suci tidak dapat dilepaskan dari Tradisi Suci para rasul yang diteruskan oleh Magisterium Gereja Katolik; ketiganya adalah pilar Gereja, yang menjamin bahwa Sabda Tuhan diterima dan dilestarikan dengan murni dari awal mula sampai sekarang.
________________________________________
CATATAN KAKI:
1. sumber utama: Norman L Geisler & Abdul Saleeb, Answering Islam: The Crescent in the Light of the Cross, (Baker Books 1993), p. 295-299 [↩]
2. Menurut New Catholic Encyclopedia yang dikeluarkan oleh The Catholic University of America, book 6, p. 314, Gelasian Decree Decretum Gelasianumterdiri dari 5 bab, tentang: 1) Roh Kudus dan nama Kristus; 2) Kanon Kitab Suci; 3) Keutamaan Petrus dan Tahta Suci; 4) Otoritas dekrit umum dari konsili-konsili; 5) Otoritas tulisan para Bapa Gereja dan karya tulis Kristiani lainnya yang diterima oleh Gereja. Di sini tidak disebutkan adanya daftar buku-buku yang dilarang. [↩]
3. L. Bevan Jones, Christianity Explained to Muslims, rev. ed. (Calcutta: Baptist Mission Press, 1964 [↩]
4. J. Slomp, “The Gospel in Dispute,” in Islamochristiana (Rome: Pontificio Instituto di Studi Arabi, 1978), vol. 4, 7. [↩]


Ditulis oleh: Stefanus Tay & Ingrid Tay
Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.



0 komentar: